(Pengarang : tidak tahu, diambil dari blog ekapino)
Wali paidi adalah anak ketiga dari tiga bersaudara, dia anak terakhir,kakaknya yg pertama namanya sholeh, dan sekarang dia jadi kiai di daerah Kediri, punya pondok salaf kecil, yg hanya ramai ketika bulan ramadlan, sudah menjadi budaya kalau bulan ramadlan banyak santri dari pondok lain yg ngaji posoan hanya untuk menghatamkan beberapa kitab, karena kalau ngaji pas bulan ramadlan ngaji kitabnya super cepat yg bertujuan memang untuk menghatamkan bukan untuk kepahaman
Sholeh kakaknya wali paidi ini memang sangat cerdas dan pintar, sejak lulus madrasah ibtidaiyyah ( setingkat SD ) dia sudah mondok, dia selalu dapat rangking dikelasnya , sehingga tidak heran ketika dia lulus dia diambil menantu seorang kiai di daerah Kediri, dan setelah ayah mertuanya wafat, dialah yg meneruskan menjadi pengasuh pondok pesantren peninggalan mertuanya.
Sedang kakak perempuanya menjadi istri seorang kiai besar didaerah jawa tengah, kakaknya ini memang cantik, kulitnya putih seperti ibunya dan wajahnya elok ke arab-araban seperti bapaknya, kakak perempuannya ini sering dan berkali – kali ketika pulang meminta orang tuanya untuk tinggal dengannya , pindah ke jawa tengah, dan kemauan kakaknya ini sangat didukung keluarga suaminya, kebetulan keluarga suami kakaknya ini kaya raya, bukan karena pondoknya yg besar tapi keluarga suami kakakku ini mempunyai kebun teh yg ber hektare-hektare luasnya. Tapi orang tuanya tidak mau menerima tawaran kakak perempuannya ini, mereka sudah bahagia melihat anak mereka bahagia itu alasan mereka.
Kakak perempuan wali paidi ini juga sejak kecil sudah berangkat mondok di pesantren di daerah jawa tengah, dan ketika lulus kakaknya ini di ambil menantu oleh pengasuh pondoknya. Sedangkan sejak kecil wali paidi selalu dirumah, ketika ditawari untuk mondok dia tidak mau, wali paidi masih ingin berbakti kepada orang tuanya, karena orang tuanya sudah tua, wali paidi tidak tega kalau meninggalkan orang tuanya sendirian tanpa siapa – siapa yg selalu siap membantunya, wali paidi sudah sangat senang melihat kakaknya telah menjadi orang semua
Tapi ketika wali paidi sudah lulus aliyah, dia disuruh abahnya untuk mondok, abahnya bermimpi bertemu dengan sunan gunung jati yg menyuruhnya untuk memondokkan anaknya, ibunya sebenarnya menentang keras ke inginan abahnya, ibunya ini tidak tega melihat wali paidi pergi sendirian di tempat yg jauh, ibunya ini sangat sayang dan memanjakan wali paidi, tapi abahnya tetap bersikukuh untuk tetap memondokkan wali paidi, keputusan abahnya tidak bisa diganggu gugat, abahnya ini memang keras dan tidak mau mengalah kalau mengenai hal2 yg bersifat aqidah, walaupun dihal lain yg tidak bersifat aqidah abahnya ini sering mengalah terhadap ibunya.
Tapi ketika wali paidi sudah lulus aliyah, dia disuruh abahnya untuk mondok, abahnya bermimpi bertemu dengan sunan gunung jati yg menyuruhnya untuk memondokkan anaknya, ibunya sebenarnya menentang keras ke inginan abahnya, ibunya ini tidak tega melihat wali paidi pergi sendirian di tempat yg jauh, ibunya ini sangat sayang dan memanjakan wali paidi, tapi abahnya tetap bersikukuh untuk tetap memondokkan wali paidi, keputusan abahnya tidak bisa diganggu gugat, abahnya ini memang keras dan tidak mau mengalah kalau mengenai hal2 yg bersifat aqidah, walaupun dihal lain yg tidak bersifat aqidah abahnya ini sering mengalah terhadap ibunya.
Berangkatlah wali paidi mondok ke jombang sesuai petunjuk sunan gunungjati yg disampaikan melalui abahnya, pondok wali paidi ini pondok yg sangat istimewa, santrinya sedikit tapi rata2 pintar dan alim semua, anak2 yg mondok disini rata2 sejak syanawiyah sudah disuruh menghapalkan al quran dan kebanyakan mereka ketika lulus sudah bisa hapal alqur’an dan ketika memasuki aliyah baru diajarkan ilmu nahwu shorof, pengasuh pondok wali paidi ini orangnya terlihat biasa, perawakannya kecil dan kulitnya agak hitam karena seringnya beliau pergi kesawah, tapi menurut khabar dari santri2 yg didengar oleh wali paidi bahwa kiai pengasuh ini sebenarnya adalah seorang wali yg mastur ( tersembunyi )
Ketika wali paidi sowan dg abahnya ke pengasuh pondoknya, abahnya bilang kepada mbah kyai
“ mbah yai, saya titipkan anak saya kepada sampeyan, saya pasrah dan ridlo dg apapun yg akan mbah kyai lakukan terhadap anak saya, andai mbah kyai menyembelihnyapun, saya ikhlas…”
“ ingih…inggih…insya Allah anak sampeyan ini jadi orang yg bermanfaat…” ujar mbah kyai
Lalu wali paidi diantar abahnya ke kamar pondoknya, abahnya berkata kepada wali paidi :
“ nak…aku memondokkan kamu ini bukan bertujuan membuatmu supaya pinter, tapi aku pingin kamu mondok ini belajar akhlaq yg baik kepada kiaimu, apapun yg diperintah kiaimu laksanakan dg ikhlas, andai kiai menyuruhmu memotong tanganmupun kamu harus melakukannya, tanpa harus bertanya apa alasannya…”
“ inggih abah…” jawab wali paidi
Ke esokkan harinya wali paidi dipanggil oleh abah yai kendalem, bergegaslah wali paidi menemuai abah yai Setelah bersalaman wali paidi duduk di lantai, di depannya abah yai duduk dg bersandarkan tembok, kaki kananya diangkat dan tampak di selipan jari tangan kanan abah yai terselip rokok kretek gudang garam hijau
“ paidi…kamu mondok disini gak usah ikut belajar ngaji, percuma otakmu gak akan kuat untuk menghapalkan alqur’an, apalagi belajar nahwu dan shorof, ..” ucap abah yai
Wali paidi terdiam, hatinya merasa terpukul dan sedih, tidak dinyana kiainya akan berkata seperti itu, walau pesan abahnya kpd dirinya kepintaran bukan tujuannya untuk dipondokkan, tapi ucapan kiainya ini begitu menghujam hatinya.
“ mengapa…apa kamu gak terima, kalau kamu gak terima dan gak mau mondok disini ya pulang saja, ..” kata kiainya dg cuek
Setelah menghisap rokoknya, kiai berkata lagi
“ abahmu menitipkan kamu kepadaku ini supaya mendidikmu, menjadikanmu sebagai orang yg bermanfaat, dan aku lihat kamu ini gak cocok untuk belajar, gak ada manfaatnya krn otakmu yg kendo itu, aku melihat kamu ini lebih pas kalau menjadi kacung disini, membantu bersih2 ndalem, dan membantu memudahkan santri2 lain untuk belajar disini, membersihkan kamar mereka, menatakan sandal mereka, mengisi bak kamar mandi dan sebagainya..”
Wali paidi terdiam hatinya marah bercampur sedih, dia sangat sedih dibilang otaknya kendo, tapi dia teringat pesan abahnya untuk manut atas apapun perintah kiainya
“ bagaimana, apa kamu sanggup menjadi kacung disini…” ucap kiainya lagi
“ inggih kyai…” jawab wali paidi pelan
“ kalau begitu mulai sekarang kamu bersih2 ndalem , habis itu bersih2 pondok…” ucap kiainya
Sejak saat itu wali paidi selama di pondok hanya menjadi kacung bagi santri yg lain, pertama dia agak uring – uringan menjalankan perintah kiainya ini tapi lama kelamaan hatinya menjadi sadar, dia ini sebenarnya jg belajar, belajar menjalankan perintah kiainya dg baik dan benar, cuma perintah bagi dirinya saja yg berbeda, dia disuruh melayani santri yg lain, sedang santri yg lain di perintah untuk belajar dg tekun, sama-sama menjalankan perintah kiai
Di suatu malam sehabis magrib, wali paidi duduk termenung di depan kamarnya, dia melihat para santri ada yg menhapalkan al qur’an dan sebagaian yg lain bermusyawarah membahas permasalahan nahwu dan shorof, hati wali paidi menjadi gundah, dia merasa sangat bodoh dan gak bisa apa-apa, apalagi kemarin kakaknya berkunjung kepadanya dan mengetes kemampuannya dalam hal pengetahuan agama dan dia tidak bisa sama sekali untuk menjawab pertanyaan kakaknya itu,
Di lihatnya para santri punya kemahiran di bidangnya masing – masing, sedang dia hanya bisa menyapu dan menata sandal mereka, dalam kegundahannya itu wali paidi tertidur dg posisi terduduk didepan kamarnya
Wali paidi bermimpi, dalam mimpinya tsb dia seakan terbangun dari tidurnya dan masih dalam keadaan duduk di depan kamarnya, dilihatnya kamar – kamar santri yg lain pada bersinar terang, cahaya – cahaya yg keluar dari kamar2 itu berasal dari lampu petromak yg dibawa para santri, terpancar kegembiraan dari wajah para santri karena mempunyai lampu ditangan mereka sedang kamar wali paidi tidak mengeluarkan cahaya karena wali paidi tidak mempunyai lampu petromak seperti mereka, Tapi tiba-tiba ada cahaya yg keluar dari dalam kamar wali paidi, cahaya itu begitu sangat terang sehingga cahaya – cahaya yg keluar dr kamar yg lain seakan meredup terkena cahaya dr kamarnya ini. Cahaya itu mendekati wali paidi, setelah cahaya itu mendekat dilihatlah sebuah lampu petromak yg dibawa seseorang, wali paidi melihat sebuah tangan yg begitu putih dan halus memegang lampu petromak itu, wali paidi mengarahkan pandangannya ke atas, wali paidi begitu terkejut dan begitu terharu setelah tahu siapa yg membawa lampu petromak tersebut…… ( bersambung…)
Wali paidi bermimpi, dalam mimpinya tsb dia seakan terbangun dari tidurnya dan masih dalam keadaan duduk di depan kamarnya, dilihatnya kamar – kamar santri yg lain pada bersinar terang, cahaya – cahaya yg keluar dari kamar2 itu berasal dari lampu petromak yg dibawa para santri, terpancar kegembiraan dari wajah para santri karena mempunyai lampu ditangan mereka sedang kamar wali paidi tidak mengeluarkan cahaya karena wali paidi tidak mempunyai lampu petromak seperti mereka, Tapi tiba-tiba ada cahaya yg keluar dari dalam kamar wali paidi, cahaya itu begitu sangat terang sehingga cahaya – cahaya yg keluar dr kamar yg lain seakan meredup terkena cahaya dr kamarnya ini. Cahaya itu mendekati wali paidi, setelah cahaya itu mendekat dilihatlah sebuah lampu petromak yg dibawa seseorang, wali paidi melihat sebuah tangan yg begitu putih dan halus memegang lampu petromak itu, wali paidi mengarahkan pandangannya ke atas, wali paidi begitu terkejut dan begitu terharu setelah tahu siapa yg membawa lampu petromak tersebut…… ( bersambung…)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar