Jumat, 20 Oktober 2017

WALI PAIDI 22

(Pengarang : tidak tahu, diambil dari blog ekapitano)

Diceritakan pd edisi yg lalu, dlm kesedihannya wali paidi duduk tertidur & berminpi melihat seluruh teman2nya membawa lampu petromak, tampak sinar yg terang benderang dikamar masing2 santri krn lampu petromak yg mrk bawa, sedang kamar wali paidi tidak bersinar, wali paidi menunduk, dia merasa dirinya kotor & tdk berguna
" ya Allah aku pasrahkan diriku padamu, aku ridlo dg ketentuanmu kpdku...."
Lalu tiba2 ada sinar yg lebih terang keluar dr dalam kamar wali paidi, sinar itu begitu terangnya sehingga sinar2 yg keluar dr kamar santri yg lain seakan meredup, Wali paidi melihat tangan yg begitu halus memegang lampu petromak keluar dr kamarnya, ketika berada dihadapannya wali paidi mendongak ke atas, wali paidi begitu terharu melihat yg membawa lampu tsb 
" anta misbahus shuduri......ya Rasulullah....anta misbahus shuduri....." jerit wali paidi 
Dilihatnya Rasulullah tersenyum kpdnya, seakan beliau berkata : ” kamu jgn bersedih hati, aku yg akan membimbingmu...." 
Rasulullah lalu duduk disamping wali paidi & mengangkat lampu petromak itu tinggi2 sinar yg terpancar itu menyebar dg lembut menyinari seluruh pondok, Wali paidi terbangun ktk adzan isya berkumandang, hati wali paidi dipenuhi kebahagiaan, damai hatinya dirasakan menjalar keseluruh tubuhnya, tubuhnya menjadi segar & ringan, masih terasa kesejukkan senyum Rasulullah kpd dirinya 
Keesokan paginya wali paidi dipanggil kiai, setelah mandi & berpakaian rapi wali paidi sowan ke kiai, dilihatnya kiai sdh menunggunya didepan ndalem, didepannya ada meja bulat dr kayu jati, diatasnya Ada dua csngkir kopi, & ada dua bungkus rokok gudang garam ijo & dji sam soe, kiai mempersilahkan wali paidi duduk
" diminum kopinya ..." ucap kiai 
" inggih..." jawab wali paidi 
Kiai lalu mengambil rokok gudang garamnya & menyalakannya, semenit kemudian asap rokok & kopi mengepul disekeliling mereka 
" itu dji sam soe rokokmu...dinyalakan aja.." perintah kiai 
"inggih..." jawab wali paidi lalu menyalakan rokoknya 
Terjadi keheningan diantara mereka, kiai hny diam, sesekali beliau mengucapkan kalimat tasbih, wali paidi hny menunduk. Lalu kiai berkata lagi kpd wali paidi " aku sengaja bersikap keras kpdmu, spy kamu tdk bergantung kpdku, aku pingin km lebih bergantung kpd Allah secara lansung, " 
Kiai menghisap rokoknya dalam2, lalu berkata lagi " Dan lagi, kelak kedudukanmu itu akan lebih tinggi drpd kedudukanku, aku tdk mengijinkanmu ikut belajar itu krn kamu lebih cocok mempelajari ilmu hikmah, tp bukan aku yg mengajarkan hal itu, kelak gurumu dr tulungagung yg mengajarkan hal itu kpdmu..." 
Wali paidi mengangguk, walau kiainya ini terang2an mengatakan klo kedudukannya kelak akan lebih tinggi, dihadapan kiainya ini wali paidi semakin hormat, hatinya diliputi ketawadu'an yg begitu kuat kpd kiainya ini " mimpimu td malam jadikan kekuatan dlm hatimu..." ucap kiai singkat 
Wali paidi agak terkejut mendengar ucapan kiainya ini, ternyata kiai mengetahui mimpiku td malam bathin wali paidi 
" dan ciri orang ahli hikmah..." kiai berhenti, setelah menyeruput kopinya kiai melanjutkan kata2nya lagi " hatinya tdk pernah lupa kpd Allah, hatinya dipenuhi dg Allah, lantunan dzikir yg berputar2 didalamnya.." Kata kiai lalu berdiri mendekati wali paidi, kiai menaruh tangannya didada wali paidi " penuhi hatimu dg Allah...." kata kiai 
Bergemuruhlah hati wali paidi, hatinya berdzikir dg sendirinya.." Allah...Allah...Allah...." secara terus menerus 
" Wis ...sekarang waktunya kamu bersih2 ndalem & pondok..." perintah kiai lalu masuk ke ndalem 
Wali paidi berdiri & beranjak dr ndalem menuju ke kamarnya mengambil sapu lidi lalu mulai menyapu halaman pondok, & menata sandal para santri yg berserakan didepan kamar, hati wali paidi terus berdzikir, kadang suara sapunya ketika digerakkan ketanah berbunyi seakan ikut berdzikir mengiringi dzikir wali paidi 
Sejak itu wali paidi begitu tekun & begitu tawaduk melayani pr santri, sikap wali paidi yg begitu mengalah & manut saja ketika disuruh2 para santri menjadikannya banyak santri yg kurang ajar kepadanya
Suatu ketika Ada santri yg hafids ( hapal alqur'an ) menggoda wali paidi dg sangat kelewatan, lalu tiba2 saja hapalannya hilang, santri yg hafids ini bingung krn ujian kelulusannya sebentar lagi diujikan & syarat kelulusannya adalah hrs hapal alquran 30 juz, peristiwa hilangnya hapalan santri ini akhirnya dilaporkan kpd kiai 
" suruh dia minta maaf kpd paidi, & jangan diulangi lagi kekurang ajaran kpd paidi, klo diulangi lagi bisa hilang hapalannya secara permanen..." kata kiai. 
Jawaban kiai ini dilaporkan kpd santri yg hafids tsb, & dg menangis santri ini minta maaf kpd wali paidi. Wali paidi kaget ketika Ada santri yg menangis kpdnya & minta dimaafkan kesalahannya. 
Wali paidi dg hormat berkata " salah nopo Gus, mboten wonten sing salah, ( salah apa Gus, tdk ada yg salah).." 
Santri ini tetap saja menangis dihadapan wali paidi, " inggih2 saya maafkan.." kata wali paidi walau tdk mengerti apa permasalahan yg terjadi. 
Dan atas kehendak Allah hapalan santri tsb berangsur angsur kembali lagi, memang benar kata Allah, barang siapa memusuhi waliku, Aku mengumumkan perang dgnya, begitulah yg terjadi thdp santri yg hafids ini, Allah yg tdk terima atas perlakuaannya thdp wali paidi, walau wali paidi merasa biasa saja. 
Sejak peristiwa itu para santri tdk berani lg bersikap kurang ajar kpd wali paidi, malah mrk menganggap wali paidi sekarang sebagai sesepuh pondok wakil kiai didalam pondok. Wali paidi bersikap biasa saja, dia tiap pagi tetap menyapu halaman pondok & menata sandal para santri, hatinya tetap biasa saja tidak merasa hebat atau merasa rendah diri, baginya ketika menyapu halaman pondok & menata sandal para santri itulah waktu ia bercakapap cakap dg Allah..... 
BERSAMBUNG...

Tidak ada komentar:

Posting Komentar